Rabu, 21 Februari 2018

Habis Nonton Black Panther



2 hari yang lalu, aku bareng temen-temen (iya, aku punya temen) nonton salah satu film superhero Marvel yang tokoh utamanya kulit hitam. Biasanya film superhero marvel tokoh utamanya berkulit nggak hitam dan non hitam. Ceritanya bagus dan masuk akal kalo dipikir-pikir. Adegan actionnya juga seru, berasa nonton film action. Sayangnya plot twist yang harusnya twist, menurutku kurang terasa twistnya, entah kenapa.

Penggambaran negeri fiktif Wakanda pun beautiful. Sebagai info, blekpenter ini ceritanya tinggal di negara Wakanda, Afrika. Negara yang punya teknologi paling maju sedunia berkat tambang vibranium (logam paling mutakhir sedunia). Negara ini tertutup, gak ada yang tau letaknya dimana, di gugel map juga gak ada. Beda sama korut yang kalo diketik di gugel nongol, padahal tertutup.

Sebelum2nya aku udah nonton film dari marvel. Setiap habis nonton, kebayang seandainya aku jadi superhero kayak yang aku tonton. Tapi baru kali ini habis nonton, yang kebayang bukan jadi superheronya. Yang kebayang malah, gimana kalo seandainya setiap negara tertutup dan berkembang mandiri, sebelum akhirnya terbuka.

Seandainya semua negara punya teknologi maju sesuai versinya masing2, tapi tetep memegang budayanya sendiri. Bayangin kita punya gedung pencakar langit, tapi bentuknya candi Borobudur. Atau kita gak pakai baju, cukup pakai koteka, begitu nyebut kata kunci, kotekanya otomatis jadi baju kita. Kan canggih dan tradisional gitu.

Selain itu, berkat film ini juga, aku jadi punya kesan yang baik soal Afrika. Aku pikir Afrika itu keren juga sebenarnya. Walau saat ini emang Afrika gak semaju Wakanda, tapi aku jadi ngerasa Afrika dimasa depan adalah Wakanda. Bukan kayak yang di film God Must Be Crazy (mohon maap sebelumnya).

Film Black Panther berhasil ngubah pikiranku, bukan tentang superhero, tapi tentang Afrika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar