Sabtu, 31 Maret 2012

Gambaran Anak DKV

Kalo denger kata mahasiswa Ekonomi, pastinya tampilan yang muncul dalam otak kita adalah sosok yang oke, gaul abis, naeknya mobil. Kalo denger kata mahasiswa Psikologi, yang muncul adalah opini, "ceweknya pasti cakep-cakep". Lalu kalo denger mahasiswa Arsitektur, jadi kebayang orang bawa tabung kertas.

Bagaimana dengan mahasiswa DKV???

Seperti kebanyakan mahasiswa fakultas lain, yang bentuknya rata-rata sama, namun jika diteliti lebih dalam lagi, mungkin orang akan mengira kalo anak DKV itu freak. Kalo dapet tugas, pasti khalayak umum bakal heran dengan apa yang dikerjakannya. Bahkan keanehan mahasiswa DKV dapat dilihat dijalan.

Suatu ketika kalo pas lagi di jalan, trus ada mahasiswa yang naek motor, sambil bawa maket, ato kertas ukuran a2, atau amplop ukuran a3, ato mungkin sebuah packaging yang terbuat dari kaleng bekas, silahkan ditanyakan apakah dia mahasiswa DKV ato bukan.


(postingan ini ada di blog sebelumnya akudankebodohanku.blogspot.com )

Selasa, 27 Maret 2012

Produk Momen gak Jelas


Semua orang pasti punya momen gak jelas dalam kegiatannya menjalani kehidupan. Pada saat momen gak jelas itu muncul, maka akan ada kegiatan yang gak jelas juga yang turut mengisi waktu ketidak jelasan tadi. Ada yang ngupil, terus upilnya dilempar ke ring basket. Ada juga yang ngumpulin upil sampe bentuk bola, terus bola upil tadi dilempar ke ring basket.

Saya sebagai salah satu umat manusia yang terkadang suka kedatangan momen gak jelas, berusaha supaya mengisi momen gak jelas tadi dengan kegiatan yang gak jelas, namun produktif. Dan karena memproduksi upil itu terlalu mainstream, maka saya memilih menghabiskan tinta dan kertas, yang tergolong main main.

Berikut adalah hasil berupa objek dari sebuah kegiatan dikala momen gak jelas tadi muncul :

"Muka Kuning"

Kertas yang dipakai buat gambar ini aslinya kertas dari tempelan stiker. Saya tidak mau diskriminasi, bahkan untuk stiker, maka dari itu kertas buat tempelan stiker ini saya gambarin, biar berguna juga. Entah apa maksud dari gambar ini, yang jelas, ada gambar muka orang, pake penutup mulut bergambar kotoran.

"Ikhsan Rahma"

Di kampus saya, ada beberapa karya instalasi, yang sudah terbengkalai, dan dicoret-coret gak jelas. Salah satunya adalah karya yang ada tulisan "Ikhsan love Rahma". Entah siapa mereka berdua ini, apakah pasangan ngetop seantero kampus, atau cuma pasangan yang sedang tidak beruntung karena mengukir namanya bukan di pohon, melainkan di karya orang lain. Melihat hal ini, saya merasa iba dengan pasangan Ikhsan dan Rahma. saking ibanya, saya menambahkan gambar wajah Ikhsan dan Rahma, agar orang yang membaca ini, jadi punya gambaran, seperti apa wajah dari duo sejoli yang sedang kasmaran di karya orang.

"LOL"

LOL, kepanjangan dari Lot Of Laugh, yang artinya kebanyakan ketawa. Gambar ini saya buat disebuah sendok makan plasik yang biasa ditemui di mana pun anda berada, terutama acara sunatan massal. Melihat struktur dari sendok yang tidak biasa, tiba-tiba saya membayangkan ada wajah orang yang sedang tertawa. Fyi, sendoknya masih ada banyak loh, dan dari sekian sendok yang saya beli, cuma satu yang digambar.

"Ultraman Was Here"

Entah cuma saya, atau orang lain merasakan apa yang saya rasakan. Jadi tiap saya melihat sebuah maket bangunan anak arsitektur, saya jadi keinget ultraman, tokoh imajinasi berupa alien raksasa yang kalau mau nongol, kudu nungguin manusia yang dihinggapi buat berubah. Kebetulan waktu senggang gak jelas, saya menemukan banyak maket anak-anak arsitek yang terbengkalai di meja dan di lantai. Saya pun jadi inget ultraman, dan pengen berantem diantara maket-maket bangunan itu. Berhubung berantem itu terlalu brutal, saya pun mengurungkan niat dan mencoba mengaplikasikan keinginan saya melalui gambar.
Jadi maket-maket yang berserakan tadi saya susun ulang, bersama teman saya si Antok. Setelah maket-maket tadi tersusun membentuk kota, saya tambahin gambar ultraman di tengah-tengah kota. Maka jadilah, sebuah karya masterpiece !!!

"Selamat Datang di DKV"

Gambar ini bertujuan untuk menyindir situasi area perkuliahan saya, yang konon katanya jurusan DKV, namun areanya sendiri gak kayak area anak DKV. Saya cuma bisa menyindir lewat gambar, karena jujur saja, saya tipe orang pemalas. Saya malas buat melakukan perubahan untuk mengubah langsung area DKV menjadi "DKV". Jadi yang saya lakukan ya menggambar di kertas nemu, terus ditempel di dinding.
Terlepas dari ngomongin perubahan, gambar sindiran ini sepertinya cukup disegani oleh khalayak umum. Bayangkan, sudah dua acara berjalan di area DKV, tapi gambar sindiran ini masih tetap bertahan didinding!!!
Tidak ada satu orang pun yang berani melepas gambar ini !!
Betapa dahsyat khasiatnya, melebihi kedahsyatan khasiat obat jamu. Tapi mungkin suatu saat, gambar ini pun akan termakan oleh waktu dan ada orang atau makhluk yang memisahkannya dari dinding.

Sabtu, 17 Maret 2012

Mon(derfull)day

Banyak orang yang mengganggap bahwa hari Senin itu hari yang paling “memalaskan”. Dulu waktu masih sekolah, hari Senin adalah hari dimana bangun pagi harus lebih pagi dari hari-hari biasanya, karena hari Senin ada upacara bendera. Hukumannya fatal walaupun cuma telat beberapa menit, karena yang dipertaruhkan adalah harga diri. Bayangin kalau kita telat, terus disuruh ikut upacara di barisan khusus, sebelahnya guru-guru, tapi lebih jauh lagi, jadi kayak diasingkan.

Orang yang udah kerja kantoran pun mengganggap sama, bahwa hari Senin itu hari yang ”memalaskan”. Bukan karena ada upacara bendera, tapi karena hari Senin adalah hari dimana weekend berakhir. Dimana mereka haru balik kerja lagi di kantor, meninggalkan hari Sabtu dan Minggu tercinta. Diskriminasi pada hari Senin ini menimbulkan istilah yaitu ”Mon(ster)day” alias hari monster. Kira-kira begitulah yang tertanam di pikiran beberapa penghuni Bumi ini.

Aku pun tak luput dari kebanyakan umat manusia yang kurang begitu suka dengan hari Senin, hingga suatu ketika, hari dimana sebuah keberuntungan itu tidak pernah memandang hari. Dimana keberuntungan itu adalah hal paling absolut yang pernah ada, mengalahkan segalanya.

Sebut saja Hendrik, kakak kedua dalam keluarga Buntaran (sementara aku berada di posisi ke tiga, Errik di posisi pertama, dan Novi di posisi ke empat). Alkisah Hendrik ini hapenya rusak karena hujan, dan oleh sebab itu, dia harus menyusun siasat untuk membeli hape baru. Sekilas info, kakak keduaku ini punya bisnis peternakan, maka hapenya terbagi menjadi dua macam, yang satu untuk bisnis, yang satu untuk sehari-hari.

Dalam situasi hape rusak ini, datanglah kakak ketiga, yaitu yang namanya Yoyok (nama panggilanku di rumah dan di dunia saudara-saudara ku). Yoyok ini adalah bocah mahasiswa biasa dengan muka yang biasa tapi sekali kentut, luar biasa. Hendrik pun punya ide untuk mengajak Yoyok beli hape baru.

Hendrik sama Yoyok tadinya akan beli hape pada hari Senin. Namun karena pergaulan sehari-hari Yoyok yang mengharuskan pulang malam, alhasil, Hendrik pun berangkat sendiri buat beli hape. Dan ketika Yoyok sampai di rumah, ternyata sudah ada satu hape lagi buat Yoyok. Usut punya usut ternyata Hendrik beli dua hape, satu untuk dirinya dan satu untuk Yoyok.

Entah bagaimana cara menggambarkan perasaan Yoyok ketika itu, karena bahkan pelukis ternama pun mungkin tidak bisa menggambarkannya. Sekedar informasi, hape Yoyok ini sudah tampak lusuh, tapi tetap berguna. Dan dengan adanya hape baru, maka Yoyok memiliki hape yang tampak gaul, dan juga berguna. Begitulah kisah ”how i met your phone”

Kembali ke curhatan ku dimana aku menjadi tokoh utama…

Sesaat setelah sampai rumah dan melihat hape baru sejenak, aku memutuskan buang air besar yang udah ditahan dari kampus. Sembari buang air, aku memakai otakku untuk berpikir. Kembali mengingat ingat kejadian sebelumnya.

Betapa beruntung aku ini. Banyak hal yang terjadi, dan banyak diantaranya terjadi karena keberuntungan. Dimulai dari kehidupanku yang dilahirkan di keluarga mampu, hingga berbagai macam rejeki yang ada. Sebelumnya, aku pernah dibawakan banyak buku bacaan dan komik dari kakak pertama yang bernama Errik. Buku-buku itu benar-benar bermanfaat, karena bisa meningkatkan mood dalam membuat komik. Padahal aku tidak pernah meminta buku-buku itu, aku juga tidak meminta hape baru. Tapi semuanya seolah muncul begitu saja. Benar-benar keberuntungan yang absolut.

Apabila dilihat-lihat, aku ini termasuk anak yang jarang minta macem-macem, semenjak pindah di Semarang, dibandingkan dengan kakak-kakak dan adikku. Dulu waktu kecil sih, suka minta mainan gitu, kalau enggak dibeliin, aku bakal nangis, dimana pun tempatnya. Tapi karena bosan dengan cara menangis, aku coba ngumpulin duit, buat beli mainan sendiri. Waktu itu harga mainannya sekitar Rp 20.000,00.

Berhubung waktu kecil susah ngumpulin duit, aku jadi enggak beli mainan lagi.
Tapi ada cara lain supaya bisa mendapatkan mainan, yaitu sistem ”negosiasi”. Dengan sistem ini, aku bisa mendapatkan sebuah gameboy, hanya dengan sunat. Aku juga bisa mendapatkan hape pertama kali dengan cara masuk ranking 10 besar waktu SMP.

Cara merengek-rengek minta uang orang tua memang sudah ketinggalan jaman untuk ukuran anak SMP. Paling aku cuma merengek-rengek minta uang buat bayar uang sekolah, beli buku, dan kalau kepepet, buat beli kolor yang udah bolong-bolong juga.

Aku jarang minta dibeliin ini itu, karna aku sendiri bingung, mau beli apa aja. Biasanya apa yang aku butuhkan, sudah diminta duluan sama kakakku atau adikku, jadi aku tinggal menikmati doang, contohnya seperti buku atau internet. Kadang juga aku belum sempet minta dibeliin kolor, papaku udah beli duluan, dan tiba-tiba kolor-kolor itu udah nongol aja di lemari pakaian.

Aku juga bukan tipe orang yang suka iri masalah gadget. Misalnya pas kuliah ini, pada pake kamera DSLR, aku enggak pernah merasa sebegitu pengennya punya kamera, karena aku sendiri kurang begitu suka dengan fotografi. Tapi tiba-tiba, ibuku beliin kamera pocket digital (walaupun beda sama kamera DSLR, yang penting sama-sama bisa buat foto alay).

Hingga saat ini, yang paling sering aku minta adalah sabun, odol, shampoo, bensin, servis motor, pulsa, dan makanan ringan (kalau dipikir-pikir, ternyata aku juga banyak mintanya).

Dan setelah dipikir-pikir kembali, dari curhatanku ini, aku menemukan sebuah rumus dalam kehidupan.



:”semakin sedikit kamu meminta, semakin banyak kamu menerima”


atau dalam bahasa rada matematika,

”terimaY - mintaX = hematZ”, X adalah jumlah meminta, dan Y adalah jumlah menerima, sedangkan Z adalah jumlah tenaga yang dihemat

Rumus ini bisa dibuktikan loh..
misalkan, kita minta 10, terima 20, maka kita menghemat tenaga 10.
tapi bandingkan kalau misalnya kita minta 2, terima 20, kita bisa menghemat tenaga sebanyak 18 !!
benar-benar rumus yang sempoa bukan ??!!


Bagaimana aku bisa menemukan rumus ini??!!
itu semua berasal dari sebuah kejadian dihari yang banyak dibenci oleh orang, yaitu hari Senin.

Dihari itu, aku mendapat sebuah hape baru, aku mendapat ide untuk menulis postingan baru, aku menemukan rumus yang benar-benar sempoa, dan hari itu, aku menggunakan daya pikir otakku didukung proses buang air besar, untuk menciptakan sebuah rumus.

Hari itu, aku juga mengetahui dua hal. Pertama, keberuntungan itu bisa datang kapan saja. Dan kedua, hari Senin tidak selalu Mon(ster)day !!

Mari ubah Mon(ster)day menjadi Mon(derfull)day !!!!