Menuju tingkat teratas dalam SMP, kelas 3 (sekarang sebutannya kelas 9). Dengan nilai pas-pasan tanpa prestasi sedikit pun, akhirnya sampai juga pada tingkat ini. Sekali lagi aku mengalami pencampuran kelas. Temen-temen sekelas beberapa tampak asing, gurunya juga ada yang belum dikenal.
Kali ini aku sekelas dengan Deby, mantan penggemarku (baru kali ini ditemukan mantan penggemar). Awalnya emang tampak canggung pas ketemu, tapi lama kelamaan, makin canggung. Entah bagaimana ceritanya, yang jelas, saat itu kami jadian, ya, aku dan mantan penggemarku jadian. Jadian disini bukan berarti sebuah campuran dua zat kimia yang berbeda kemudian digabungkan dalam satu tabung menjadi sebuah zat yang baru. Jadian yang dimaksud adalah ”in a relationship”.
Bersama dia lah aku mengetahui bagaimana cara berpacaran yang baik dan benar, serta pengalaman-pengalaman dalam adegan pacaran yang sebelumnya belum pernah kupelajari dalam buku ensiklopedia. Mungkin karena Deby ini sudah berpengalaman dalam berpacaran, jadi aku mulai belajar darinya. Dalam pikiranku terbayang sedang duduk di kelas menjadi murid, sementara Deby jadi gurunya. Berkali-kali pantatku dipukul pake shotgun karena nggak memperhatikan pelajaran yang diberikan.
Apa itu pacaran? Pacaran adalah sebuah tahapan setingkat diatas sahabatan, setingkat dibawah tunangan, dimana seorang wanita dan pria menjalin hubungan spesial pake telor, dan seolah dunia ini milik mereka berdua. Yang terpenting dalam berpacaran adalah selalu mempersiapkan topik pembicaraan ketika lagi pacaran berduaan, jadi sebelum pergi menemui pacar, belilah sekotak dua kotak topik pembicaraan dengan harga yang paling murah. Jangan lupa sekantong permen pewangi ruangan supaya pas ngobrol, sang pacar tidak mengalami keracunan gas amoniak dari mulut anda.
Ada juga yang namanya ”ngapel”. Entah darimana asal muasal kata ini, yang jelas intinya adalah sebuah situasi dimana anda menemui pacar anda dirumahnya (biasanya malam minggu) lalu pergi entah kemana ato mungkin hanya berdiam dirumah. Diusahakan agar ketika ngapel, anda memakai pakaian paling rapi sedunia (meskipun hanya ada satu pakaian yang paling pas dalam lemari baju anda). Persiapkan kendaraan tempur anda sebagai alat transportasi menuju kerumahnya. Pada waktu itu aku belum bisa naik motor, jadi aku minta tolong temenku buat nganterin kerumah Deby, tapi pas ditanyain naik apa, kujawab,”barusan aku dianter ma sopir aku naik kapal selam, jadi kita gak bisa pergi Deb, ntar kamu basah.”.
Sebagai bumbu romantis, tambahkan kata ”gombal” ketika anda berpacaran. Bagi yang bisa ngegombal, tingkatkan lagi skill anda, bagi yang gak bisa ngegombal, minta diajarin aja ma yang pinter ngegombal. Sebagai contoh,
”Deb, papahmu kerja di matahari ya??”
”enggak, emang kenapa??”
”abis kamu selalu mencerahkan hatiku kayak sinar matahari.”
”ah kamu bisa aja..”
jangan sampe kayak gini,
”Deb, papahmu kerja di matahari ya?”
”enggak, emang kenapa?”
”soalnya kemaren aku ngeliat cleaning service mukanya kayak papahmu, trus aku kentutin aja..”
”@#$#$#$#$#%^%$&*##@!!!”
Kita juga kudu going out alias jalan-jalan sama pacar, biar gak bosen. Sekali-kali ke bioskop ngabisin duit juga nggak papa. Kalo bisa nontonnya film yang romantis, ato horor sekalian, biar bisa peluk-pelukan. Pertama kali nonton bioskop di Semarang ya sama Deby ini, dan ternyata AC-nya dingin banget.
”yank, filmnya bagus banget ya tadi..”
”iya, bagus banget, pocongnya kayak beneran, kuntilanak juga kayak gondoruwo..”
”loh, kan kita tadi nonton Ada Apa Dengan Cinta??!!”
Walopun kayaknya tampak menyenangkan, ada satu hal yang harus dipersiapkan dalam pacaran. Sebagai bentuk dari pertahanan diri paling akhir, persiapkan diri anda apabila terjadi sesuatu yang tak terduga dan tak menyenangkan. Waktu itu aku ma Deby emang udah jalan lumayan lama, tapi karna masalah sepele, dia sampe selingkuh ma cowok yang nggak kalah gantengnya denganku. Dan hubunganku dengan Deby pun kandas ditengah rel kereta api. Sementara aku terpuruk tersambar rel kereta api, Deby udah menggandeng cowok yang diselingkuhinnya itu. Meski hati ini sakit, tapi aku tetap tegar menghadapi terjangan kereta api. Lalu dengan segenap hati saya ucapkan, terima kasih sebesar-besarnya buat Deby yang uda mau berbagi waktu (entah itu ikhlas ato tidak) dan terima kasih buat pengalaman yang bisa saya terima ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar