Rabu, 30 Juli 2014

Persahabatan Bagai Kecebong (bab 31)

Kelas 3 berarti udah waktunya buat menghadapi yang namanya ujian akhir nasional, sebuah ujian yang menentukan apakah kita layak mendapatkan sertifikat atau tidak. Selain ujian tertulis, ada juga ujian prakteknya. Mulai dari yang aneh aneh, sampai yang paling aneh, salah satunya dance (dansa, menari, joged).

Kata dance sangat bertolak belakang denganku, bahkan nyaris mustahil buat ngelakuin sebuah dance. Senam pagi yang dilakuin pas kelas 2 aja berkali kali selalu lupa gerakannya. Waktu ujian olah raga, aku cuma diam tak menentu karna lupa gerakannya. (seandainya matanya nggak ditutup, mungkin aku bisa nyontek). Senam aja nggak bisa, apa lagi dance (membayangkan Michael Jackson yang lagi nari sambil nyanyi, pas mukanya di zoom, ternyata wajahku dengan tubuh Michael Jackson).

Untunglah ujian dance dilakukan secara berkelompok, jadi setidaknya bukan cuma aku aja yang berbadan Michael Jackson. Singkatnya, dalam kelompokku ada 4 cewek (Ririn, Irna, Dewi, TJ) dan 4 cowok nyaris pria (aku, Faris, Tutus, Hamind). Secara sekilas kayaknya nggak ada yang punya sejarah dance, mungkin cuma beberapa tapi tidak mau mengakuinya (takut disuruh nari bugil depan kelas kayaknya).

Mungkin dance lebih dekat dengan cewek, jadi aku dan ketiga teman calon pria itu menyerahkan sepenuhnya tugas dance kepada para cewek, kita cuma mengikuti kemauan mereka. Kalo mau tarian arabian oil, its okay, tarian ular, no problem, tarian anaconda, piece of cake, bahkan kalo perlu tarian ular phyton kita lakuin demi memuaskan hasrat mereka.

Walopun kayaknya skill ku pas pas an, tapi setidaknya aku pernah merasakan nari didepan kelas. Tarian yang kulakukan sangatlah orisinil, bahkan kuciptakan gerakan itu 5 menit sebelum tampil. Dan lagu yang mengiringi dance ku juga tidak main-main, lagunya berjudul “anak gembala”. Beruntunglah waktu itu kelas 4 sd, jadi aku masih belum mempelajari ilmu malu.

Demi memperoleh gerakan yang bombastis, kami semua pergi ke sebuah perguruan senam, dan mencari guru yang mau mengajari anak-anak ingusan ini. Tanpa basa-basi, gurunya langsung menyetujui untuk mengajari ilmu dance kepada kami para newbie. Sebenarnya aku rada curiga dan kawatir, takut kalo ntar yang diajarin malah senam, bukan tarian dance yang biasa kulihat di acara “lets dance”. Masa ntar kelompok lain pada nyetel musik hip hop, trus ngedance sampe kepalanya pindah ke bawah, sementara kelompokku nyetelnya lagu senam yang slow, trus gerakannya juga slow, kepalanya masih utuh diatas.

Awalnya agak canggung juga nari pake guru, gerakannya pun juga aneh buat dilakuin, tapi demi ujian akhir, apapun yang menghalangi, akan ku halangi. Biar hujan rintik rintik sampe hujan rontok, tetep latian. Kalo diliat-liat, gerakannya Irna lah yang paling luwes, kemudian TJ, lalu disusul oleh Dewi, kemudian dibelakangnya ada Tutus, lalu diikuti oleh hamind, dan kemudian pemain bernomor punggung 11, lalu mengoper kepada Tsubasa, dan kemudian ditendang,,, dan.... GOLL!!!

Lambat laun, kelompokku ini jadi makin akrab, kemana-mana bareng. Kalo abis latian juga masih sempet cipika cipiki (kalo sempet). Saking akrabnya, kelakuan buruk pun dapat dimaklumi, misalnya pas Tutus ngentutin Ririn,

”asem ya Tus, kentutmu bau nih!!”

”ya, aku juga memakluminya.”

kalo dulu,

”Maaf saudara Tutus, kentut anda menghalangi oksigen yang akan saya hirup, berkenankah anda menyedot kembali gas amoniak yang anda keluarkan??”

”siapa sih lo??”

Pernah suatu ketika pas mau latian nari di rumah Irna, perutku malah sakit maag, jadi aku tiduran di sofa. Untung ibunya Irna baik hati dan tidak sombong, jadi aku dikasih obat maag, trus ibunya ngomong,

”tante bikinkan mi ya?”

karna nggak enak, aku jawab aja,” duh, nggak usah tante, perut saya nggak papa kok, jadi ngerepotin.”

”mau goreng apa rebus??”

”yang goreng aja deh tante.”

si Tutus langsung bisikin,” katanya nggak usah??”

”kan ditawarin.”

”$@@#$$%$”

Berminggu minggu latian, akhirnya tiba saatnya buat unjuk gigi taring. Satu per satu kelompok tampil, dengan gerakannya masing-masing. Kelompokku pun tampil dengan gerakan yang tidak kalah hebatnya dengan ombak di tepi pantai (bayangkan 4 Agnes Monica menari berwajah Ririn, Irna, Dewi, TJ, dan 4 penyanyi Rain berwajah aku, Hamind, Faris, Tutus). Betapa leganya karena ujian dance ini berakhir. Dan betapa memuaskannya karena sempat merasakan apa yang namanya persahabatan bagai kecebong, mengubah telur menjadi kodok. Persahabatan singkat, tapi kenangannya abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar