Menurut buku pelajaran agama yang ku baca, dalam ajaran Katolik ada yang namanya 7 sakramen, yaitu sakramen baptis, sakramen tobat, sakramen ekaristi, sakramen krisma, sakramen perkawinan, sakramen imamat, sakramen minyak suci. Sesuai dengan umurku yang waktu itu tergolong imut-imut, maka aku hanya baru bisa mencapai sakramen ekaristi, dan selanjutnya adalah sakramen krisma, atau penguatan iman (imanku masih lemah untuk menghadapi kekuatan Lord Voldemort). Istilah dalam game mungkin dari swordsman menjadi knight, kalo dalam film kartun mungkin dari pikachu menjadi raichu, kalo dalam pendidikan mungkin dari SD ke SMP, kalo dalam lagu mungkin (singing)”persahabatan bagai kepompong, mengubah ulat menjadi kupu-kupu”, Sebelum menaiki tahapan selanjutnya, aku harus ngikutin pelajarannya dulu. Bisa dibilang pelajarannya nggak terlalu sulit, karena yang diajarkan kebanyakan tentang nilai kehidupan, jadi masih bisa pake nalar (setidaknya otakku enggak usah kerja keras buat mikir kalo pas ujian).
Pelajaran krisma diadakan setiap 2 taun sekali, dan pengelompokkannya disesuaikan dengan lingkungan masing-masing. Di lingkunganku sendiri tersedia beberapa orang yang juga belum menerima sakramen ekaristi, dan beberapa diantaranya (temen seperjuangan) adalah Tutus, bocah berambut keriting dengan bibir yang tebal, lalu Kornel, bocah berambut cepak dengan kulit yang gelap dan bibir yang tebal, dan Dibyo, yang paling muda, paling alim, paling pinter dengan bibir yang tebal (paling tebal sepertinya), sementara aku, Tutus, Kornel, adalah sang pembuat onar.
Pada pertemuan pertama ditetapkan bahwa jam pelajaran dimulai jam 5 sore, di rumah Dibyo. Berhubung rumahku deket sama Tutus, jadi kita berdua berangkat bareng, dan berhubung rumah Dibyo ngelewatin rumah salah satu temen kami, Ririn, maka setiap pulang pelajaran pasti mampir dulu buat ngisi amunisi di perut, entah itu Ririn ngasihnya ikhlas ato nggak. Dan kegiatan ini berlangsung selama masa pendidikan sakramen krisma berlangsung, dan ngisi amunisi di rumah Ririn sudah menjadi ritual bagi aku dan Tutus.
Hukuman yang paling berat menurutku dan Tutus pas pelajaran bukanlah menjawab pertanyaan, bukanlah membaca bacaan, tapi yang paling berat adalah mimpin doa. Barang siapa yang datangnya paling telat, dialah yang kelak memimpin doa. Aku sama Tutus terbiasa dengan kehidupan yang konyol, jadi memimpin doa dengan kata-kata yang serius dan sikap yang serius adalah kombinasi yang bahaya bagi kami berdua (kecuali kalo doa dalam hati).
Setelah berbulan-bulan mengikuti pelajaran sakramen krisma tanpa menyisakan satu tempat absen, akhirnya kami semua menghadapi apa yang namanya ujian. Untungnya soal ujian bisa dikerjain pake nalar, jadi sekali lagi otakku cukup dipake sekitar 5% dari total kapasitas 1% dengan dikurangi kadar oksigen 3% dan mencampurkan dengan cat poster warna merah sebanyak 6% kemudian ditambahkan dengan nilai-nilai norma yang ada.
Unfortunately, semuanya pada lulus sakramen krisma, baik yang ibu-ibu, adik-adik, mbak-mbak, kakak-kakak, semua lulus. Maka selanjutnya bakal diadain upacara ato sakramen ekaristi khusus buat yang akan menerima sakramen krisma. Sebagai tanda kalo udah nerima sakramen krisma, biasanya ketambahan nama di tengah, jadi nggak usah capek-capek ngasih tau ke orang-orang kalo kita udah nerima sakramen krisma, cukup dengan membusungkan dada sambil nunjuk kartu nama masing-masing.
Nama yang bakal ditambahin bisa dipilih sendiri, jadi sebelum ngisi formulir pendaftaran, aku buka buku khusus nama-nama nasrani, dan nyesuaiin dengan tanggal lahir masing-masing. Untunglah nama yang tersedia sesuai tanggal lahirku agak kebarat-barat an (setidaknya bukan sukiyem atau supratno, masa capek-capek ngikutin pelajaran cuma dapet nama jadul gitu).
Tepat di sore hari yang bolong itu, upacara diadakan. Gereja yang keliatan luas jadi semakin luas karna umatnya yang datang sedikit. Dan seperti bisa, pas perayaan ekaristi, aku, Tutus dan Kornel malah asik bercanda tawa bersama membahas masalah ketebalan bibir.
Selama 1 jam berlangsung, akhirnya upacara yang nyaris digunakan buat nambah dosa pun selesai. Dan mulai hari itu, aku akan menjalani hidup dengan mengantongi nama yang lebih panjang..
LOUIS STANISLAUS CAHYO KUMOLO BUNTARAN
Louis nama baptisku
Stanislaus nama krisma ku
Cahyo Kumolo nama pemberian orang tuaku
Buntaran nama marga ku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar