Banyak orang yang mengganggap bahwa hari Senin itu hari yang paling “memalaskan”. Dulu waktu masih sekolah, hari Senin adalah hari dimana bangun pagi harus lebih pagi dari hari-hari biasanya, karena hari Senin ada upacara bendera. Hukumannya fatal walaupun cuma telat beberapa menit, karena yang dipertaruhkan adalah harga diri. Bayangin kalau kita telat, terus disuruh ikut upacara di barisan khusus, sebelahnya guru-guru, tapi lebih jauh lagi, jadi kayak diasingkan.
Orang yang udah kerja kantoran pun mengganggap sama, bahwa hari Senin itu hari yang ”memalaskan”. Bukan karena ada upacara bendera, tapi karena hari Senin adalah hari dimana weekend berakhir. Dimana mereka haru balik kerja lagi di kantor, meninggalkan hari Sabtu dan Minggu tercinta. Diskriminasi pada hari Senin ini menimbulkan istilah yaitu ”Mon(ster)day” alias hari monster. Kira-kira begitulah yang tertanam di pikiran beberapa penghuni Bumi ini.
Aku pun tak luput dari kebanyakan umat manusia yang kurang begitu suka dengan hari Senin, hingga suatu ketika, hari dimana sebuah keberuntungan itu tidak pernah memandang hari. Dimana keberuntungan itu adalah hal paling absolut yang pernah ada, mengalahkan segalanya.
Sebut saja Hendrik, kakak kedua dalam keluarga Buntaran (sementara aku berada di posisi ke tiga, Errik di posisi pertama, dan Novi di posisi ke empat). Alkisah Hendrik ini hapenya rusak karena hujan, dan oleh sebab itu, dia harus menyusun siasat untuk membeli hape baru. Sekilas info, kakak keduaku ini punya bisnis peternakan, maka hapenya terbagi menjadi dua macam, yang satu untuk bisnis, yang satu untuk sehari-hari.
Dalam situasi hape rusak ini, datanglah kakak ketiga, yaitu yang namanya Yoyok (nama panggilanku di rumah dan di dunia saudara-saudara ku). Yoyok ini adalah bocah mahasiswa biasa dengan muka yang biasa tapi sekali kentut, luar biasa. Hendrik pun punya ide untuk mengajak Yoyok beli hape baru.
Hendrik sama Yoyok tadinya akan beli hape pada hari Senin. Namun karena pergaulan sehari-hari Yoyok yang mengharuskan pulang malam, alhasil, Hendrik pun berangkat sendiri buat beli hape. Dan ketika Yoyok sampai di rumah, ternyata sudah ada satu hape lagi buat Yoyok. Usut punya usut ternyata Hendrik beli dua hape, satu untuk dirinya dan satu untuk Yoyok.
Entah bagaimana cara menggambarkan perasaan Yoyok ketika itu, karena bahkan pelukis ternama pun mungkin tidak bisa menggambarkannya. Sekedar informasi, hape Yoyok ini sudah tampak lusuh, tapi tetap berguna. Dan dengan adanya hape baru, maka Yoyok memiliki hape yang tampak gaul, dan juga berguna. Begitulah kisah ”how i met your phone”
Kembali ke curhatan ku dimana aku menjadi tokoh utama…
Sesaat setelah sampai rumah dan melihat hape baru sejenak, aku memutuskan buang air besar yang udah ditahan dari kampus. Sembari buang air, aku memakai otakku untuk berpikir. Kembali mengingat ingat kejadian sebelumnya.
Betapa beruntung aku ini. Banyak hal yang terjadi, dan banyak diantaranya terjadi karena keberuntungan. Dimulai dari kehidupanku yang dilahirkan di keluarga mampu, hingga berbagai macam rejeki yang ada. Sebelumnya, aku pernah dibawakan banyak buku bacaan dan komik dari kakak pertama yang bernama Errik. Buku-buku itu benar-benar bermanfaat, karena bisa meningkatkan mood dalam membuat komik. Padahal aku tidak pernah meminta buku-buku itu, aku juga tidak meminta hape baru. Tapi semuanya seolah muncul begitu saja. Benar-benar keberuntungan yang absolut.
Apabila dilihat-lihat, aku ini termasuk anak yang jarang minta macem-macem, semenjak pindah di Semarang, dibandingkan dengan kakak-kakak dan adikku. Dulu waktu kecil sih, suka minta mainan gitu, kalau enggak dibeliin, aku bakal nangis, dimana pun tempatnya. Tapi karena bosan dengan cara menangis, aku coba ngumpulin duit, buat beli mainan sendiri. Waktu itu harga mainannya sekitar Rp 20.000,00.
Berhubung waktu kecil susah ngumpulin duit, aku jadi enggak beli mainan lagi. Tapi ada cara lain supaya bisa mendapatkan mainan, yaitu sistem ”negosiasi”. Dengan sistem ini, aku bisa mendapatkan sebuah gameboy, hanya dengan sunat. Aku juga bisa mendapatkan hape pertama kali dengan cara masuk ranking 10 besar waktu SMP.
Cara merengek-rengek minta uang orang tua memang sudah ketinggalan jaman untuk ukuran anak SMP. Paling aku cuma merengek-rengek minta uang buat bayar uang sekolah, beli buku, dan kalau kepepet, buat beli kolor yang udah bolong-bolong juga.
Aku jarang minta dibeliin ini itu, karna aku sendiri bingung, mau beli apa aja. Biasanya apa yang aku butuhkan, sudah diminta duluan sama kakakku atau adikku, jadi aku tinggal menikmati doang, contohnya seperti buku atau internet. Kadang juga aku belum sempet minta dibeliin kolor, papaku udah beli duluan, dan tiba-tiba kolor-kolor itu udah nongol aja di lemari pakaian.
Aku juga bukan tipe orang yang suka iri masalah gadget. Misalnya pas kuliah ini, pada pake kamera DSLR, aku enggak pernah merasa sebegitu pengennya punya kamera, karena aku sendiri kurang begitu suka dengan fotografi. Tapi tiba-tiba, ibuku beliin kamera pocket digital (walaupun beda sama kamera DSLR, yang penting sama-sama bisa buat foto alay).
Hingga saat ini, yang paling sering aku minta adalah sabun, odol, shampoo, bensin, servis motor, pulsa, dan makanan ringan (kalau dipikir-pikir, ternyata aku juga banyak mintanya).
Dan setelah dipikir-pikir kembali, dari curhatanku ini, aku menemukan sebuah rumus dalam kehidupan.
:”semakin sedikit kamu meminta, semakin banyak kamu menerima”
atau dalam bahasa rada matematika,
”terimaY - mintaX = hematZ”, X adalah jumlah meminta, dan Y adalah jumlah menerima, sedangkan Z adalah jumlah tenaga yang dihemat
Rumus ini bisa dibuktikan loh..
misalkan, kita minta 10, terima 20, maka kita menghemat tenaga 10.
tapi bandingkan kalau misalnya kita minta 2, terima 20, kita bisa menghemat tenaga sebanyak 18 !!
benar-benar rumus yang sempoa bukan ??!!
Bagaimana aku bisa menemukan rumus ini??!!
itu semua berasal dari sebuah kejadian dihari yang banyak dibenci oleh orang, yaitu hari Senin.
Dihari itu, aku mendapat sebuah hape baru, aku mendapat ide untuk menulis postingan baru, aku menemukan rumus yang benar-benar sempoa, dan hari itu, aku menggunakan daya pikir otakku didukung proses buang air besar, untuk menciptakan sebuah rumus.
Hari itu, aku juga mengetahui dua hal. Pertama, keberuntungan itu bisa datang kapan saja. Dan kedua, hari Senin tidak selalu Mon(ster)day !!
Mari ubah Mon(ster)day menjadi Mon(derfull)day !!!!