Jumat, 17 Februari 2012

Iri

Sebuah puisi yang tidak indah berjudul
"IRI"
oleh Louis Cahyo K B


ketika mereka membicarakan mimpi,

saya masih baru nyiapin kasurnya.


ketika mereka hampir mencapai cita-cita,

saya baru aja kenalan sama yang namanya cita, lewat fesbuk pula.


ketika mereka bersosialisasi dengan banyak orang,

saya cuma bisa basa basi sama roti basi.


ketika mereka berpengetahuan Albert Einstein,

saya hanya berpengetahuan Spongebob Squarepants.


ketika mereka sudah kemana-mana,

saya malah bingung mau beol dimana.



iri??

ya..

benci??

tentu tidak..

saya hanya iri,

namun tidak benci,

kecuali kepada para banci.


apakah mereka dilahirkan di lingkungan yang tepat??

atau berasal dari keluarga yang hebat??

atau punya teman seorang psikopat??

saya pun tidak tahu,

sama halnya dengan ketidak tahuan saya tentang bagaimana cara membuat ketupat.


tetapi cara membuat ketupat itu bisa dipelajari,

sama halnya dengan belajar menjadi seperti mereka.


tapi kenapa saya harus belajar menjadi seperti mereka??

kenapa saya tidak belajar menjadi pemburu zombie aja??


bingung,

sedih,

gundah,

galau,

gelisah,

amarah,

putus asa,

semuanya jadi satu,

dan kemudian membentuk boyband.


ketujuh perasaan itu,

selain membentuk boyband,

juga membuat konser amal di otak.

mereka sebenarnya juga kasian sama saya.



kembali ke dunia nyata,

kembali ke topik pembicaraan tentang mereka,

yang telah membuat saya iri kembali ke hati.


meskipun seharusnya saya berterima kasih sama mereka,

membuat saya sadar diri,

bahwa yang lebih hebat itu banyak.


dan bahwa saya ini belum ada apa-apanya,

dibanding kucing tetangga yang udah bikin album tiga.


terima kasih kepada mereka..


yang membuat saya iri..

dan menjadi sadar diri..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar